Politik
Politik menurut KBBI, artinya telah dipersempit, yang hanya menyangkut pengetahuan tentang ketatanegaraan dan tindakan dalam segala urusan kenegaraan. Tetapi politik tidak hanya sebatas itu. Politik berasal dari bahasa Yunani politikos (menyangkut warga negara), dalam bahasa Inggrisnya diterjemahkan politics. Dari akar kata politikos itu mendapat kata turunan yaitu polites (seorang warga negara), polis (kota, negara), politeia (kewarganegaraan).
Aristoteles adalah seorang filsuf klasik yang sudah
bicara tentang tema politik. Aristoteles menulis risalah yang berjudul “politeia” (politik). Baginya, politik
adalah cabang pengetahuan praktis. Politik merupakan bagian dari etika yang
berurusan dengan manusia dalam kegiatan kelompok. Manusia adalah
makhluk-makhluk polis (negara kota),
kecendrungan alamiah manusia adalah membentuk kelompok, bertindak dalam
kelompok dan bertindak sebagai kelompok. Sedangkan maksud (tujuan, sasaran)
politik sama dengan tujuan etika dan sama dengan tujuan kehidupan manusia pada
umumnya untuk mencapai eudaimonia
(kebahagiaan), bonum commune,
kesejahteraan umum, kesejahteraan yang sangat vital bagi setiap orang (Lorens
Bagus, 2005).
Kalau kita melihat arti kata politik, maka
sebenarnya tidak ada alasan untuk umat beriman tidak mau peduli dengan masalah
politik. Politik adalah bagian dari kehidupan kita manusia yang mempunyai
panggilan untuk memperbaiki tatanan hidup bersama. Sebab semua orang mengingini
apa yang namanya eudaimonia, bonum
commune, kesejahteraan umum. Maka menyongsong tahun politik 2014,
seharusnya para warga katolik bisa berperan aktif atau terjun langsung dalam
perpolitikan nasional. Kita sebagai warga katolik bukanlah komunitas yang hidup
di awan-awan, yang tidak mau peduli terhadap persoalan bangsa. Kita adalah
warga negara yang beragama katolik, bukan umat katolik yang memisahkan diri
dari negara.
Dalam artian untuk memperbaiki kehidupan bersama,
sebenarnya gereja juga berpolitik. Gereja hanya tidak berpolitik praktis. Sebab
dalam pengertian luas, politik bertujuan agar terciptanya kehidupan masyarakat
yang sejahtera, kesejahteraan umum, kebaikan umum. Bukan apa yang kita saksikan
akhir-akhir ini tentang perpolitikan yang terjadi dalam bangsa kita.
Akhir-akhir ini politik hanya digunakan untuk menguasai, mempengaruhi,
menaklukkan dan akhirnya memiliki. Politik semacam itu telah kehilangan
tujuannya. Maka menjadi penting bagi kita sebagai umat katolik yang memiliki
potensi untuk terjun langsung dalam dunia politik, harus terjun dalam dunia
politik, dan itu perlu kita dukung. Sebab jika kita ingin perubahan yang
terjadi pada bangsa kita, kita harus ikut merubahnya, bukan berdiam diri
menantikan orang lain untuk merubahnya, atau ikut serta dalam memperburuk
keadaan.
Untuk para kader katolik yang ikut dalam politik
praktis, ada baiknya setiap paroki dan keuskupan memberikan pemberdayaan dan
pemahaman mengenai politik yang sehat, politik yang diharapkan oleh gereja,
politik yang bertujuan pada bonum commune.
Gereja baik itu paroki dan keuskupan tidak bisa berdiam diri melihat warga
gerejanya ikut berpolitik, atau “melarang” anggota gereja berpolitik. Tidak ada
kata larangan jika kita ingin perubahan menuju bangsa yang memperhatikan
kesejahteraan umum, bukan kesejahteraan kelompok, apalagi kesejahteraan pribadi.
Kita bisa melihat tokoh-tokoh nasional yang hangat
dibicarakan dan yang melakukan trobosan-trobosan, hampir tidak ada orang
katolik yang muncul. Mengapa bisa demikian, ini menjadi pertanyaan untuk kita
sebagai umat katolik. Apakah kita berdiam diri ketika bangsa kita jatuh
terpuruk dalam berbagai bidang, padahal kita sendiri juga berada didalamnya?
Kita bisa mencontohi tokoh-tokoh nasional yang beragama katolik seperti I.J.
Kasimo, Frans Seda, atau Mgr. Soegijopranata, mungkin masih ada yang lain, yang
melakukan perubahan, tetapi tidak tercatat dalam sejarah. Mereka-mereka bisa
kita teladani untuk terlibat dalam politik praktis, tetapi tidak kehilangan
identitasnya sebagai orang katolik.
Maka sekali lagi saya tekankan bahwa kita sebagai
umat katolik jangan anti politik, terjunlah dalam politik praktis. Agar jangan
sampai kita hanya menggerutu mengenai persoalan bangsa, tetapi kita sendiri
tidak mau terlibat di dalamnya. Dan gereja harus memberikan
pendampingan-pendampingan bagi mereka-mereka yang terlibat dalam dunia politik,
agar jangan sampai terjun bebas ke panggung politik, karena bisa jatuh pada
lubang yang sama. Mereka harus dibekali prinsip-prinsip dasar berpolitik dan
harus menatap tujuan politik yaitu, eudaimonia,
bonum commune, kesejahteraan umum. Gereja tidak bisa memisahkan diri dari
persoalan dunia. Gereja ada dalam dunia dan untuk dunia. Ketika umat katolik
terlibat aktif dalam politik praktis, sebenarnya mereka telah menjalankan misi
Yesus yaitu mawartakan Kerajaan Allah, yaitu kebenaran, damai sejahtera, dan
sukacita oleh Roh Kudus (bdk. Rm 14:17). Karena kalau kita berbicara mengenai
kepenuhan Kerajaan Allah pada akhir zaman, kita seharusnya bisa mengusahakan
kehadiran Kerajaan Allah di tengah-tengah umat manusia. Ketika kita mampu
menghadirkan Kerajaan Allah di tengah-tengah bangsa yang lagi krisis dalam
segala bidang kehidupan, kitalah orang yang Yesus bicarakan dalam perumpamaan
Garam dan Terang dunia (Mat 5:13-16). (Heronimus Heron - ys - tulisan ini pernah saya muat di Majalah Duta Pontianak).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar