Rabu, 02 Juli 2014

Politik



Politik

Politik menurut KBBI, artinya telah dipersempit, yang hanya menyangkut pengetahuan tentang ketatanegaraan dan tindakan dalam segala urusan kenegaraan. Tetapi politik tidak hanya sebatas itu. Politik berasal dari bahasa Yunani politikos (menyangkut warga negara), dalam bahasa Inggrisnya diterjemahkan politics. Dari akar kata politikos itu mendapat kata turunan yaitu polites (seorang warga negara), polis (kota, negara), politeia (kewarganegaraan).
Aristoteles adalah seorang filsuf klasik yang sudah bicara tentang tema politik. Aristoteles menulis risalah yang berjudul “politeia” (politik). Baginya, politik adalah cabang pengetahuan praktis. Politik merupakan bagian dari etika yang berurusan dengan manusia dalam kegiatan kelompok. Manusia adalah makhluk-makhluk polis (negara kota), kecendrungan alamiah manusia adalah membentuk kelompok, bertindak dalam kelompok dan bertindak sebagai kelompok. Sedangkan maksud (tujuan, sasaran) politik sama dengan tujuan etika dan sama dengan tujuan kehidupan manusia pada umumnya untuk mencapai eudaimonia (kebahagiaan), bonum commune, kesejahteraan umum, kesejahteraan yang sangat vital bagi setiap orang (Lorens Bagus, 2005).
Kalau kita melihat arti kata politik, maka sebenarnya tidak ada alasan untuk umat beriman tidak mau peduli dengan masalah politik. Politik adalah bagian dari kehidupan kita manusia yang mempunyai panggilan untuk memperbaiki tatanan hidup bersama. Sebab semua orang mengingini apa yang namanya eudaimonia, bonum commune, kesejahteraan umum. Maka menyongsong tahun politik 2014, seharusnya para warga katolik bisa berperan aktif atau terjun langsung dalam perpolitikan nasional. Kita sebagai warga katolik bukanlah komunitas yang hidup di awan-awan, yang tidak mau peduli terhadap persoalan bangsa. Kita adalah warga negara yang beragama katolik, bukan umat katolik yang memisahkan diri dari negara.
Dalam artian untuk memperbaiki kehidupan bersama, sebenarnya gereja juga berpolitik. Gereja hanya tidak berpolitik praktis. Sebab dalam pengertian luas, politik bertujuan agar terciptanya kehidupan masyarakat yang sejahtera, kesejahteraan umum, kebaikan umum. Bukan apa yang kita saksikan akhir-akhir ini tentang perpolitikan yang terjadi dalam bangsa kita. Akhir-akhir ini politik hanya digunakan untuk menguasai, mempengaruhi, menaklukkan dan akhirnya memiliki. Politik semacam itu telah kehilangan tujuannya. Maka menjadi penting bagi kita sebagai umat katolik yang memiliki potensi untuk terjun langsung dalam dunia politik, harus terjun dalam dunia politik, dan itu perlu kita dukung. Sebab jika kita ingin perubahan yang terjadi pada bangsa kita, kita harus ikut merubahnya, bukan berdiam diri menantikan orang lain untuk merubahnya, atau ikut serta dalam memperburuk keadaan.
Untuk para kader katolik yang ikut dalam politik praktis, ada baiknya setiap paroki dan keuskupan memberikan pemberdayaan dan pemahaman mengenai politik yang sehat, politik yang diharapkan oleh gereja, politik yang bertujuan pada bonum commune. Gereja baik itu paroki dan keuskupan tidak bisa berdiam diri melihat warga gerejanya ikut berpolitik, atau “melarang” anggota gereja berpolitik. Tidak ada kata larangan jika kita ingin perubahan menuju bangsa yang memperhatikan kesejahteraan umum, bukan kesejahteraan kelompok, apalagi kesejahteraan pribadi.
Kita bisa melihat tokoh-tokoh nasional yang hangat dibicarakan dan yang melakukan trobosan-trobosan, hampir tidak ada orang katolik yang muncul. Mengapa bisa demikian, ini menjadi pertanyaan untuk kita sebagai umat katolik. Apakah kita berdiam diri ketika bangsa kita jatuh terpuruk dalam berbagai bidang, padahal kita sendiri juga berada didalamnya? Kita bisa mencontohi tokoh-tokoh nasional yang beragama katolik seperti I.J. Kasimo, Frans Seda, atau Mgr. Soegijopranata, mungkin masih ada yang lain, yang melakukan perubahan, tetapi tidak tercatat dalam sejarah. Mereka-mereka bisa kita teladani untuk terlibat dalam politik praktis, tetapi tidak kehilangan identitasnya sebagai orang katolik.
Maka sekali lagi saya tekankan bahwa kita sebagai umat katolik jangan anti politik, terjunlah dalam politik praktis. Agar jangan sampai kita hanya menggerutu mengenai persoalan bangsa, tetapi kita sendiri tidak mau terlibat di dalamnya. Dan gereja harus memberikan pendampingan-pendampingan bagi mereka-mereka yang terlibat dalam dunia politik, agar jangan sampai terjun bebas ke panggung politik, karena bisa jatuh pada lubang yang sama. Mereka harus dibekali prinsip-prinsip dasar berpolitik dan harus menatap tujuan politik yaitu, eudaimonia, bonum commune, kesejahteraan umum. Gereja tidak bisa memisahkan diri dari persoalan dunia. Gereja ada dalam dunia dan untuk dunia. Ketika umat katolik terlibat aktif dalam politik praktis, sebenarnya mereka telah menjalankan misi Yesus yaitu mawartakan Kerajaan Allah, yaitu kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus (bdk. Rm 14:17). Karena kalau kita berbicara mengenai kepenuhan Kerajaan Allah pada akhir zaman, kita seharusnya bisa mengusahakan kehadiran Kerajaan Allah di tengah-tengah umat manusia. Ketika kita mampu menghadirkan Kerajaan Allah di tengah-tengah bangsa yang lagi krisis dalam segala bidang kehidupan, kitalah orang yang Yesus bicarakan dalam perumpamaan Garam dan Terang dunia (Mat 5:13-16). (Heronimus Heron - ys - tulisan ini pernah saya muat di Majalah Duta Pontianak).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar